Ukuran Font Artikel
Small
Medium
Large
Berikut 10 Pahlawan Revolusi Indonesia Terkait Peristiwa G30S/PKI

Berikut 10 Pahlawan Revolusi Indonesia Terkait Peristiwa G30S/PKI

 Karawang : Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap 1 Oktober sebagai wujud penghormatan nilai dasar negara. Peringatan ini juga mengenang gugurnya para pahlawan revolusi pada peristiwa G30S/PKI.(29/9/25).

Potret 10 Pahlawan Revolusi (Tangkapan layar YouTube/See Gate)

Simak 10 pahlawan revolusi Indonesia yang berjuang melawan kekejaman PKI dalam artikel ini. ‎Gelar pahlawan revolusi diberikan Presiden Soekarno kepada sejumlah perwira TNI Angkatan Darat.

Gelar tersebut menjadi bentuk penghormatan atas jasa dan pengorbanan mereka untuk bangsa. ‎Melansir dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional karangan Kuncoro Hadi, berikut nama dan biografi Pahlawan Revolusi Indonesia:

1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Jenderal Ahmad Yani lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922. Ia mengawali pendidikan di HIS Bogor dan lulus pada 1935.

Kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau setara SMP kelas B hingga tamat pada 1938. Setelah itu masuk Algemeene Middelbare School (AMS) bagian B Jakarta, namun hanya sampai kelas dua karena situasi milisi.

Ia lalu mengikuti pendidikan militer di Dinas Topografi Malang. Karier militernya menanjak hingga berperan dalam penumpasan pemberontakan. Ahmad Yani gugur tertembak pada 1 Oktober 1965.

2. Letjen (Anumerta) Suprapto

Letnan Jenderal Suprapto lahir di Purwokerjo, Jawa Tengah pada 20 Juni 1920. Ia menempuh pendidikan di MULO dan AMS B Yogyakarta hingga 1941.

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Koninklije Militaire Akademie Bandung. Karier militernya terus berkembang hingga mencapai pangkat letnan jenderal.

Ia menjadi korban peristiwa G30S/PKI pada usia 45 tahun. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

3. Letjen (Anumerta) Haryono

Letnan Jenderal Haryono lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. Perwira bernama lengkap Mas Tirtodarmo Haryono ini dikenal cerdas dan menguasai tiga bahasa asing.

Ia menolak rencana Partai Komunis Indonesia (PKI) membentuk Angkatan Kelima. Sikapnya itu membuat ia dimusuhi PKI.

Pada dini hari 1 Oktober 1965, ia diculik dari rumah dan kemudian dibunuh di Lubang Buaya.

4. Letjen (Anumerta) Siswondo Parman

Letnan Jenderal Siswondo Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Ia dikenal ahli intelijen dan dijuluki "Penasihat Agung".

Parman berhasil membongkar rahasia gerakan APRA Westerling pada 1950. Ia juga menentang rencana PKI membentuk Angkatan Kelima.

Karena sikap itu, ia masuk daftar hitam G30S. Ia diculik dari rumahnya pada 1 Oktober 1965 dan tewas ditembak. Jenazahnya dibuang ke sumur Lubang Buaya.

5. Mayjen (Anumerta) D.I. Panjaitan

Mayor Jenderal Donald Izacus Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli, pada 10 Juni 1925. Ia menempuh pendidikan militer sejak pendudukan Jepang.

Setelah Proklamasi, ia ikut membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal bakal TNI.

Ketika terjadi penculikan para perwira tinggi AD, Panjaitan tewas ditembak di rumahnya pada 1 Oktober 1965.

6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen pada 23 Agustus 1922. Ia menamatkan pendidikan di AMS dan bergabung ke TKR setelah Proklamasi.

Pada pertengahan 1960-an, ia menolak rencana pembentukan Angkatan Kelima. Sikap itu membuat rumahnya diserbu pasukan Cakrabirawa.

Ia diculik pada 1 Oktober 1965 dan kemudian ditemukan tewas bersama jenderal lainnya di Lubang Buaya.

7. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Ia putra dari dokter A.L. Tendean dan Cornel M.E.

Sejak muda ia bercita-cita menjadi tentara. Ia masuk Akademi Militer Bandung tahun 1958 dan lulus sebagai perwira muda.

Pada peristiwa G30S, ia menjadi korban salah sasaran karena dikira Jenderal Nasution. Pierre tewas di usia 26 tahun dan dianugerahi gelar pahlawan revolusi.

8. Brigjen (Anumerta) Katamso Darmokusumo

Brigadir Jenderal Katamso lahir di Sragen pada 5 Februari 1923. Ia menempuh pendidikan PETA di Bogor semasa pendudukan Jepang.

Katamso diculik dalam peristiwa G30S dan ditemukan tewas pada 21 Oktober 1965. Jenazahnya dikebumikan di TMP Kusumanegara, Yogyakarta.

9. Kolonel (Anumerta) Sugiyono

Kolonel Sugiyono lahir di Gunung Kidul pada 12 Agustus 1926. Ia awalnya bercita-cita menjadi guru, namun akhirnya menempuh pendidikan militer di PETA.

Ia diangkat sebagai Budanco setelah lulus. Saat G30S meletus, ia ditangkap pasukan Dewan Revolusi di Yogyakarta dan kemudian tewas.

10. AIP II (Anumerta) K.S. Tubun

Ajun Inspektur Polisi Karel Satsuit Tubun lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Polisi Negara Ambon.

Pada malam G30S, Tubun bertugas menjaga rumah Menteri Leimena yang bersebelahan dengan kediaman Jenderal Nasution.

Ia tewas tertembak ketika berusaha melawan pasukan yang menyerbu. Jenazahnya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.(*)
Posting Komentar