Breaking News

Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza

 Gaza : Pasukan Keamanan Hamas Kembali ke Jalanan, Tewaskan Anggota Geng dan Lakukan Penertiban, Menarik Perhatian Israel dan Amerika Serikat (16/10/25).

Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza
Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza

Pasukan keamanan Hamas telah kembali ke jalanan di Jalur Gaza, menegaskan kembali kendali di wilayah yang sebelumnya ditinggalkan Israel.

Aksi keras ini, termasuk bentrokan dengan kelompok bersenjata dan eksekusi terhadap terduga anggota geng, disambut baik oleh sebagian warga Palestina sebagai upaya pemulihan ketertiban, namun berpotensi merusak gencatan senjata yang rapuh.
Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza

Pengembalian kekuatan Hamas secara terang-terangan ini terjadi setelah semua sandera yang masih hidup yang disandera dalam serangan 7 Oktober 2023 dibebaskan, dan saat negosiasi kesepakatan damai terus berjalan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berulang kali menyatakan perang tidak akan berakhir sebelum Hamas dilucuti. 
Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza

Sementara itu, rencana gencatan senjata yang didukung oleh Presiden AS Donald Trump menuntut Hamas menyerahkan senjata dan kekuasaan kepada badan pengawas internasional yang belum terbentuk.

Hamas, yang belum sepenuhnya menerima persyaratan tersebut, menyatakan bersedia menyerahkan kekuasaan kepada faksi Palestina lainnya namun menolak membiarkan kekacauan terjadi selama masa transisi.

Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza

Penertiban Jalanan: Dari Kekacauan ke 'Ketertiban'

Kembalinya pasukan keamanan Hamas terjadi setelah berbulan-bulan kekosongan keamanan. Pasukan polisi yang sebelumnya menjaga ketertiban setelah Hamas berkuasa 18 tahun lalu, sebagian besar menghilang seiring serangan udara Israel menargetkan mereka.

Kekosongan ini diisi oleh keluarga-keluarga lokal yang kuat dan geng-geng bersenjata beberapa di antaranya dilaporkan didukung oleh Israel. 

Kelompok-kelompok ini dituduh menjarah bantuan kemanusiaan dan menjualnya demi keuntungan, memperburuk krisis kelaparan di Gaza.

Nahed Sheheiber, Kepala serikat pengemudi truk swasta Gaza, menyambut baik langkah Hamas.

“Geng-geng itu menjarah bantuan dan membunuh orang di bawah perlindungan pendudukan [Israel],” kata Sheheiber kepada The Associated Press, merujuk pada operasi mereka di ‘zona merah’ tempat Israel memerintahkan evakuasi.

Akhir pekan lalu, pejuang pimpinan Hamas terlibat bentrokan dengan kelompok bersenjata yang terafiliasi dengan keluarga Doghmush di Kota Gaza, setelah terbunuhnya seorang militan Hamas, Mohammed Aqel.

Saluran Telegram terkait Hamas menyebut serangan ini menargetkan "kolaborator dan pengkhianat" yang bekerja sama dengan Israel.

Kecaman Pelanggaran HAM

Pasukan keamanan Hamas, Sahm, yang mengklaim menargetkan penjarah dan penjahat, membagikan rekaman yang memperlihatkan eksekusi di jalanan terhadap delapan orang yang disebut sebagai anggota geng. Aksi ini memicu kecaman keras dari kelompok hak asasi manusia.

Al Mezan Center for Human Rights yang berbasis di Gaza dan Komisi Independen Palestina untuk Hak Asih Manusia mengutuk keras pembunuhan di luar proses hukum yang dilakukan Hamas.

Meskipun menyambut baik pemulihan ketertiban, Saeed Abu Elaish, seorang petugas medis dari kamp pengungsi Jabaliya, melihat kembalinya polisi sebagai langkah pertama menuju “semacam normalitas dan keamanan” setelah dua tahun perang.

Peringatan Keras dan Ancaman Senjata

Menyikapi perkembangan ini, Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (14/10) waktu setempat menyatakan tidak terlalu terganggu dengan tindakan Hamas terhadap "beberapa geng yang sangat buruk." Namun, ia menegaskan kembali tuntutan AS agar Hamas melucuti senjata.

“Mereka akan melucuti senjata, dan jika mereka tidak melakukannya, kami akan melucuti mereka, dan itu akan terjadi dengan cepat dan mungkin dengan kekerasan,” tegas Trump.

Kementerian Dalam Negeri yang dikelola Hamas telah mengumumkan amnesti selama seminggu bagi anggota geng yang tidak terlibat pertumpahan darah untuk menyerahkan diri.

“Tidak seorang pun akan diizinkan merusak keamanan publik atau hak-hak warga negara,” demikian pernyataan kementerian itu, menyebutnya sebagai “peringatan terakhir.”

Namun, ancaman ini langsung ditolak oleh Hossam al-Astal, pemimpin milisi anti-Hamas di Gaza selatan yang dilaporkan memiliki hubungan dengan Israel. 

“Kepada semua tikus Hamas, terowongan kalian hancur, hak-hak kalian tidak ada lagi. Bertobatlah sebelum terlambat tidak ada Hamas mulai hari ini dan seterusnya,” tulisnya di Facebook.
Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza
Kendali Hamas Menguat Di Tengah Genjatan Senjata Gaza

Kehadiran kelompok-kelompok bersenjata yang menentang Hamas dan didukung oleh Israel ini semakin mempersulit negosiasi pelucutan senjata, sebuah isu kunci yang menentukan apakah gencatan senjata akan berlanjut atau kembali menjadi konflik terbuka.(*)
Posting Komentar